Kamis, 29 Januari 2009

KREATIFITAS BUKAN KE-GILA-AN

Awal tahun 2006 saya mulai mengajar di sebuah taman kanak – kanak di desa, lengkap dengan pernak – perniknya. Semangat juang yang saya miliki kala itu sangat tinggi, ada banyak hal 'baru' yang ingin saya kenalkan, tak terbatas pada lingkungan yang itu – itu saja . menurut saya keterbatasan adalah tantangan, ketiadaan adalah upaya untuk meng-'ada'-kan, dan mengajar sekaligus mengarahkan adalah lokomotif pendidikan, bukan sekedar stasiun ke-'mandeg'-an sebuah pembiasaan yang dibiasakan.

Alhasil satu semester penuh saya mengajar di bawah 'pandangan' selidik para wali murid, karena kelas yang dipercayakan pada saya berubah menjadi 'heboh' dan penuh dengan hal – hal aneh yang tak sesuai dengan pandangan mereka. Bagi saya tawa ceria anak – anak adalah pertanda mereka merasa aman dan nyaman bersama saya, kesalahan adalah proses belajar mereka untuk menuju perbaikan, kenakalan adalah ladang untuk memperkenalkan sebuah etika pertemanan, ketidakmampuan mereka adalah tantangan bagi mereka untuk menunjukkan eksistensi mereka, menggali potensi anak – anak adalah hal yang paling menyenangkan. Teguran demi teguran saya terima, terkadang pedas, adakalanya asam, namun ada juga yang pahit, hamper tak ada yang 'paham' dengan apa yang saya ingin lakukan. Saya ingin 'merubah' wajah taman kanak – kanak tempat saya ditugaskan.

Sarana prasarana yang kami miliki kelewat terbatas, hampir tak ada mainan luar pun mainan dalam, alhasil kardus – kardus bekas yang saya kumpulkan lewat anak – anak menjadi mainan yang cukup menyenangkan.

Suatu waktu saya mengajarkan konsep menghitung dengan menyuruh anak – anak membawa dedaunan kering dari rumahnya, sepuluh daun saja cukup. Esoknya ada yang membawa lebih dari sepuluh, ada yang kurang dari, namun rata – rata mereka membawa lebih dari sepuluh. Akhirnya dengan telaten saya ajarkan bagaimana saat mereka mengucapkan angka dengan memindahkan satu demi satu daun di plastic mereka ke atas meja. Jika ada yang kelebihan diberikan pada saya untuk dibagi pada teman yang kekurangan. Dengan bersemangat mereka meniru dan mulailah saya berjalan dari satu meja ke meja lain untuk memeriksa hasil kerja mereka. Babak pertama selesai.

Babak selanjutnya dimulai, dengan daun kering yang ada, ditambah benang wol saya mengajak mereka meronce daun untuk dijadikan kalung, gelang, atau mahkota. Tawa riang bermunculan, kelas begitu gaduh, dan anak – anak begitu bersemangat. Babak kedua pun selesai.

Waktu istirahat tiba, selesai berdo'a anak – anak berhamburan keluar kelas untuk sekedar bermain papan luncur di depan kelas ataupun jajan di warung dekat sekolah. Saya masih di kelas waktu itu sambil membereskan sisa – sisa pekerjaan anak – anak.

Tiba – tiba seorang anak perempuan kembali masuk dengan berleleran airmata, "Ada apa sayang?"

"Jare ibuk aku koyok wong gendeng!" ucapnya terbata.

Batin saya terpukul, saya peluk dia dan berkata, "Nak, kreatifitas bukanlah ke-gila-an. Tak ada batasan dalam kita berkreasi, hanya saja ibu belum tahu maksud kita."

Anak perempuan itu diam menatap saya, secercah senyumnya timbul dan berkata, "Bu Guru, aku mau bikin lagi!"

Dengan bersemangat, saya pun mengiyakannya dan mulai membantunya memilah – milah daun kering yang tersisa.

Duhai wajah 'ketidaktahuan', hanya kedukaan yang ditaburkan pada wajah – wajah polos yang butuh pengarahan, tak adakah kata bijak untuk lebih baik menegur gurunya daripada me-'matah'-kan jiwa anak – anak yang masih butuh bimbingan?

Sadarlah para ibu, sadarlah juga para Guru, tugas kita tak mudah, tapi kita akan menuai bangga jika anak – anak berhasil dalam ber-'proses' menjadi manusia seutuhnya.

dimuat harian surya 8 januari 2009
setelah berlibur

liburan semester telah usai, ada banyak semangat baru yang tertuang, bayi kecilku sudah mulai duduk, lucu, menggemaskan, semua karena DIA kan?

aktivitas mengajar kembali memelukku hangat, ada banyak kebahagiaan.
mengajar, momong anak, belajar untuk berbagi dan terus berbagi

Sabtu, 03 Januari 2009

resah

pendidikan itu seperti apa sih?

sekedar mendoktrin? atau juga sekedar memberitahukan tentang 'sesuatu'? semua terserah padamu, atau padaku, atau pada kita?

kemarin bayi kecilku sudah bisa tengkurap, itukah sebuah kesuksesan?