Selasa, 15 Maret 2011

Persahabatan "KUPU dan KUPI"





Mendongeng

“KUPU dan KUPI”



Ditulis untuk Lomba dongeng IGTKM
Diceritakan oleh :
Dewi Mora Rizkiana, S.TP


IGTKM KECAMATAN SINGOSARI
MARET
2009




Assalamu’alaikuuum wa rohmatullohi wa barokatuh!

Apa kabar sayang? Bu Guru tahu kalian semua adalah juara, kalian adalah anak yang hebat karena kalian suka berteman atau bertengkar? Hebat, suka berteman! Suka menolong atau suka berebut? Hebat, kalian suka menolong?! Memang begitu ciri – ciri anak yang solih dan solihah. Apa kabar juara? (Alhamdulillah Subhanalloh Luar biasa Allohu Akbar! YESS!!!)

Aduh, kok masih ada yang belum mau membuka mulutnya? Malu karena lupa menggosok gigi ya? Ooh, semua sudah gosok gigi? Kalau begitu pertanyaang bu guru dijawab dengan semangat, ya? Apa kabar juara? (Alhamdulillah Subhanalloh Luar biasa Allohu Akbar! YESS!!!)

Hebat!!! Tepuk ceria….. horrreeeeee! Tepuk ceriaaaaaa…. Horrreeeee!

Bu Guru punya tebakan, dengarkan baik – baik ya?

(gubahan Aku seorang kapiten)
Aku menetas dari telur
Tubuhku panjang dan berbulu
Setelah bertapa
La la la!
Bisa terbang kemana saja!

Ayo tebak siapa? Ehm, belum ada yang tahu? Bingung? Bu guru kasih tahu huruf depannya, K! masih belum tahu juga? Ok, huruf keduanya U! jadi, K-U dibaca KU…. Iya, betul, Kupu – kupu.

Semua berdiri, tirukan Bu Guru.

Yel – yel Kupu – kupu
Aku adalah kupu
Binatang baik dan ayu
Makhluk yang suka membantu
Penyerbukan bunga – bungaku
Sambil menikmati madu
Kulakukan tugasku
Hinggap!
Hisap!
Terbanga!
Horeeeeeee!!!!!

Hebat!!! Tepuk ceria….. horrreeeeee! Tepuk ceriaaaaaa…. Horrreeeee!


Balapan duduk! Ya, bagus! Sudah siap mendengarkan dongeng Bu Guru yang berjudul :


Kupu dan Kupi

Di sebuah taman yang indah, tumbuhlah bunga berwarna – warni yang sangat menarik hati, siapapun yang melihatnya pasti merasa suka dan bahagia. Pssst…, ada yang mau kenalan dengan kalian.

TEKU                         : “Assalamu’alaikum, namaku TEKU alias telur kupu – kupu
ULMA                        : “ Aku ULMA, alias ulat pertama”
ULA                            : “Kalau aku ULA, ulat kedua”
Kepompong                : “Aku kepompong, aku tidak banyak omong karena aku harus menyelesaikan tugasku.”
KUPU                         : “Aku Kupu, kalian pasti suka denganku, karena aku baik hati dan suka membantu.”
KUPI                          : “Kalau aku KUPI, aku akan berteman dengan kalian, tapi nanti.”

Oke sayang, sudah siap? Tepuk ceriaaaaaa…. Horrreeeee!

Seeekor kupu – kupu tengah terbang berkeliling di taman bunga, di sehelai daun yang menghijau, dia melihat sekelompok telur yang tengah bercengkrama, salah satu telur itu melihat kehadirannya dan menyapanya.

“Assalamu’alaikum!”
“ Wa’alaikumsalam!
“Hei! Subhanalloh siapakah engkau? Betapa cantiknya dirimu!”
“Alhamdulillah, ini semua anugerah dari Alloh! Namaku KUPU. Kamu telur bukan?”
“Ya! Namaku TEKU. Aku ingin sekali secantik dirimu!
“ Kau bisa secantik aku, asal kau sabar menunggu proses perubahan dirimu.”
“Aku? Berubah? Maksudmu?”
“ Kamu akan ber-metamorfosa,”
“Metamorfosa? Apa itu?”
“orang bilang berubah dari satu bentuk ke bentuk lain.”
“Kapankah itu?” Tanya sang telur.
“Bersabarlah! Kau pasti akan mengalaminya. Dan aku, aku akan setia menjengukmu! Karena aku menyayangi semua makhluk ciptaan Alloh.”
“Wah, betapa baiknya dirimu.”
“Ah, tidak, aku hanya mengamalkan hadits nabi yang berbunyi, ‘Man la yarham la yurham – siapa yang tidak saying tidak akan disayang’.”
“Subhanalloh budimu sungguh canti secantik paras wajahmu.”
“Terima kasih, aku pergi dulu ya.”
“Sampai jumpa…”

Beberapa waktu berlalu, si Kupu datang lagi dan tak lagi menjumpai si TEKU, tapi dia melihat seekor ulat yang tengah memakan daun.

“Assalamu’alaikum,” sapa si Kupu.
“Wa’alaikumsalam,” sahut si ulat.
“Masih ingat denganku? Aku KUPU, apakah kamu TEKU sahabatku yang dulu?”
“Ya! Sekarang aku adalah ULMA. Tentu aku selalu ingat padamu, karena aku sangat ingin sepertimu….”
“Apakah kau suka dengan dirimu sekarang?”
“Alhamdulillah! Aku bersyukur pada Alloh karena aku bisa makan daun sebanyak kusuka, lihatlah tubuhku, gemuk bukan?! Tapi…..”
“Tapi apa?”
“Aku masih ingin sepertimu, bisa terbang kemana kusuka dan bertubuh indah!”
“Bersabarlah! Insyaalloh waktu itu akan segera tiba. Aku pergi dulu, lain kali aku akan menjengukmu, sampai jumpa….”

Kupu – kupu yang lucu
Kemana engkau terbang
Hilir mudik mencari
Bunga – bunga yang kembang
Berayun – ayun
Pada tangkai yang lemah
Tidakkah sayapmu
Merasa lelah

Si Kupu kembali menjenguk sahabatnya si ULMA, ternyata dia tidak lagi menemukannya, dilihatnya, sebuah kepompong menggantung dengan tenangnya di daun hunian si ulat.

“Assalamu’alaikum.” Sapa si kupu. Tak ada jawaban
“Assalamu’alaikuuuuuuuuuummmm……” Teriaknya sekali lagi.

“Wa’alaikumsalam!” satu suara menyahut, tapi bukan si kepompong. Seekor ulat kecil tengah merayap dari bawah daun, “Jangan kau ganggu dia! Dia tengah bertapa, kau tidak ingin merusaknya, kan?”

“Tentu! Kamu siapa?”
“Aku ULA, aku teman yang akan menjaganya sampai selesai pertapaannya.”
“Baiklah, aku akan pergi dulu, sampaikan salamku padanya ya…. Daaa!”

Si Kupu pun terbang kesana kemari meninggalkan si kepompong dan ulat kecil temannya yang baru.

Tibalah waktu yang ditunggu, kepompong itu terbuka dan lahirlah si Kupi. Kupi terbang dengan perasaan sangat bahagia. Dia terbang kesana kemari hingga bertemulah ia dengan si Kupu.

“Assalamu’alaikum! Masihkah kau ingat padaku?”
“Wa’alaikumsalam, memangnya kamu siapa?” Tanya si Kupu.
“Coba tebaklah!”
“Apakah kamu telur yang dulu menyapaku?”
“Iya! Sekarang namaku adalah Kupi!
“Subhanalloh! Kau indah sekali!”
“Alhamdulillah Alloh memberiku kesempatan untuk berubah menjadi binatang secantik dirimu.Terimakasih atas pujianmu!”

“Aku jadi ingat sebuah hadits yang berbunyi ‘Innalloha jamilun yuhibbu jamalah – sesungguhnya Alloh itu indah dan menyukai keindahan’….”

“Wah, kamu benar – benar makhluk yang solih.”
“Terimakasih! Oke KUPI! Selamat datang di taman bunga ini, mari aku tunjukkan bunga – bunga nan cantik padamu agar kau mengenal mereka satu per satu.”
“Betapa baik budimu Kupu?”
“Bukankah sesama teman harus tolong menolong?”
“Tentu!”
“Seperti bunyi hadits ‘Kullu ma’ruufin sodakoh – setiap kebaikan adalah sedekah’.”

Dengan tertawa ceria, KUPU dan KUPI terbang beriringan mengelilingi taman bunga.

Lihat kebunku penuh dengan bunga
Ada yang putih dan ada yang merah
Setiap hari kusiram semua
Mawar melati
Semuanya indah

Sekarang Bu Guru Tanya, “Siapa yang suka menolong teman? Hwadduh! Semuanya ya? Kalian memang anak – anak yang soleh!”


Tepuk kupu – kupu
K *** U *** P *** U *** K *** U *** P *** U *** Kupu – kupu! *** Telur – telur! *** Ulat – ulat! *** Kepompong! *** Kupu – kupu! *** Kasihan deh lu! 2x

Nah, anak – anak! Karena tiba waktu Bu Guru lain menemani kalian, maka Bu Guru pamit dulu yaa….

Wassalamu’alaikum warohmatullohi wa barokatuh! Sampai jumpa…..

Dongeng ini disajikan dengan tujuan :
  1. Menanamkan nilai kesabaran untuk meraih cita – cita atau tujuan hidup pada anak.
  2. Memberi contoh kepada anak untuk selalu mengucap salam jika bertemu dengan saudara seiman
  3. Memberi contoh kapan dan bagaimana mengucap kalimat thoyyibah
  4. Menanamkan nilai untuk saling menyayangi sesame dengan kutipan hadits ‘Man la yarham la yurham – siapa yang tidak saying tidak akan disayang’
  5. Menanamkan sikap untuk selalu menghargai orang lain dengan kutipan hadits ‘Innalloha jamilun yuhibbu jamalah – sesungguhnya Alloh itu indah dan menyukai keindahan’
  6. Menanamkan sikap untuk selalu berbuat baik kepada sesame dengan kutipan hadits ‘Kullu ma’ruufin sodakoh – setiap kebaikan adalah sedekah’
  7. Memberi contoh kepada anak bahwa persahabatan itu menyenangkan
  8. Memberi kesempatan kepada anak untuk menilai sifat – sifat tokoh yang mereka sukai dan akhirnya –tanpa sadar- mematri dalam memori mereka.
  9. mengajak anak bersenang – senang dalam tiap sisipan cerita.

Dongeng "Aku Senang Sekolah"




MENDONGENG


“AKU SENANG SEKOLAH”

Ditulis untuk Lomba Dongeng IGRA
Dalam Rangka HAB (Hari Amal Bakti)
DEPAG ke-63

Dikarang oleh :
Dewi Mora Rizkiana, S.TP
(Pengajar RA. AL-BAITUL MU’MININ Singosari)



IGRA KABUPATEN MALANG

NOVEMBER

2008

Dongeng ini sengaja dibuat dengan tujuan :

  1. Menanamkan kecintaan anak – anak terhadap sekolah, karena sekolah itu menyenangkan.
  2. Memberi contoh kepada anak untuk selalu mengucap salam jika bertemu dengan saudara seiman.
  3. Memberi contoh kapan dan bagaimana mengucapkan kalimat Thoyyibah.
  4. Menanamkan nilai untuk selalu menyayangi sesama dengan kutipan hadits “Man la yarham la yurham, siapa yang tidak sayang tidak akan disayang….”
  5. Menanamkan sikap untuk selalu menghargai orang lain bagaimanapun rupanya dengan kutipan hadits “Innalloha jamilun yuhibbu jamalah bahwa Alloh itu indah dan menyukai keindahan.”
  6. Menanamkan sikap untuk selalu berbuat baik pada sesama dengan kutipan hadits “-‘kullu ma’ruufin shodaqoh’ – setiap kebaikan adalah sedekah!
  7. Memberi contoh kepada anak bahwa persahabatan itu menyenangkan.
  8. Memberi kesempatan pada anak untuk menilai sifat – sifat tokoh yang mereka sukai dan pada akhirnya –tanpa sadar- mematri dalam memori mereka untuk mencontoh nilai – nilai yang mereka sukai.
  9. Mengajak anak bersenang – senang dalam tiap sisipan cerita.

Assalamu’alaikum wa rohmatullohi wa baarokatuh!

Apa kabar anak – anak? Bu Guru tahu kalian semua adalah juara! Anak yang hebat! Sekali lagi, apa kabar juara? (Alhamdulillah, subhanalloh, luar biasa, Allohu Akbar! Yess!!!)

Lho! Lho lho! Kok masih ada yang belum mau membuka mulutnya? Malu karena tidak gosok gigi ya? Oooh, semua sudah gosok gigi? Kalau begitu coba dijawab dengan semangat, apa kabar juara? (Alhamdulillah, subhanalloh, luar biasa, Allohu Akbar! Yess!!!)

Nah, begitu dong! Bu Guru bangga pada kalian. Sebelum bu guru mulai boleh gak bu guru bertanya pada kalian? Boleh? Oke

Siapa – siapa yang senang sekolah?
Yang senang sekolah coba angkat tangannya
Siapa – siapa yang senang sekolah?
Yang senang sekolah ayo kita tertawa, haha!                     2x

Semua berdiri, ayo berlari! Eh, di tempat saja! Sekarang ikuti bu guru yaa….


Lagu pembuka

Aku Senang sekolah
(gubahan aku seorang kapiten)

Aku senang sekolah
Bermain belajar gembira
Kalau aku besar
BIG BIG BIG! BIGGER!
Pasti jadi orang berguna! Hore! 2x

Tepuk ceriaaaaa…. Hore! Tepuk ceria…. Hore!


Yel - Yel Anak Indonesia

Aku anak Indonesia                                   (dua jempol menunjuk dada)
Sehat                                   (2 tangan dikepal ke arah samping badan)
Cerdas                         (2 telunjuk menunjuk kepala dari arah samping)
Ceria      ( 2 telunjuk diputar di samping bibir sambil bibir tersenyum)
Belajar                                                     (pura – pura membaca buku)
Bermain                                                                      (lari di tempat)
Bersama   (2 tangan dikatupkan ke depan seperti orang bergandengan)
Di sekolah kita tercinta                  (2 telunjuk membuat bentuk hati)
RA Muslimat Indonesia (tangan kanan mengepal sambil diacung – acungkan)
Yeah!                                                          (melompat sambil tertawa)

Balapan duduk! Ya bagus! Sudah siap mendengarkan dongeng bu guru yang berjudul :

Aku Senang Sekolah

Tahun ajaran baru telah tiba, penghuni hutan “TENTERAM” begitu sibuk dengan persiapan sekolah buat anak – anak mereka, ada keluarga ayam yang akan menghantarkan anak bungsunya ACIL (Ayam Kecil) masuk ke sekolah TK, begitu pula keluarga bebek dengan si buncit BENI (Bebek Mini) yang akan masuk satu sekolah dengan si ACIL. Tak ketinggalan keluarga kambing dengan putra sulungnya si DOMBI.

Anak – anak ada yang mau kenalan dengan kalian.

ACIL           : U’u’i’uuuk! Assalamu’alaikum…. Namaku ACIL… alias Ayam kecil

Tepuk Ayam!

A*** y***a***m*** Ayam!*** U’u’i’uuuk*** U’u’i’uuuk U’u’i’uuuk!

BENI           : Kwek! Kwek! Kwek! Assalamu’alaikum…. Namaku BENI
  alias bebek mini

Tepuk Bebek!

B***e***b***e***k! bebek!*** Kwek kwek kwek!*** Kwek kwek!*** Kweeek!

DOMBI        : Mbeeek! Assalamu’alaikum…. Namaku DOMBI… alias domba biasa

Tepuk Domba
D***o***m***b***a*** Domba!*** Embek embek!*** Embeeeeek!

Di Rumah ACIL
“Assalamu’alaikum….kwek!”
“Wa’alaikumussalam warohmatulloh… U’u’I’uuuk!”
ACIL membuka pintu buat BENI sahabatnya. Keduanya saling tersenyum saat pintu telah terbuka.
“Masuk Ben, ada kabar apa kau kemari?”
“Kwek! Kwek kwek! Kata ayahku besok tidak bisa mengantarku sekolah karena Ayah dinas keluar kota, jadi aku ingin minta ijin padamu biar kita besok bisa berangkat sama – sama, bisa?”
“Insyaalloh bisa! Tenang saja!”
“Alhamdulillah, aku sudah cemas tadi karena semua kakakku juga sibuk, mereka kan juga harus kembali sekolah….”
“Sama, kakak – kakakku juga, syukurnya Ibu bilang kalau seminggu ini Insyaalloh Ibu mau mengantarku. Biar kamu lega kutanyakan dulu ya pada Ibuku?”
“Baiklah, aku tunggu….”
Acil pun masuk ke ruang dalam, dia menjumpai Ibu yang masih sibuk merajut sweater untuk dikenakan Acil pergi sekolah. Hal itu dikarenakan musimnya lagi musim angin yang dingin, Ibu takut nanti Acil Asmanya kambuh!
“U’u’I’uuuk…. Bu….”
Ada apa Cil?”
“Bisakah Beni berangkat ke sekolah bersama – sama dengan kita, Bu?”
“Tentu saja boleh! Memangnya kenapa, Nak?”
“Beni sekarang ada di ruang tamu, dia bilang Ayahnya harus dinas keluar kota, jadi dia tidak ada yang mengantar, Ibu tau kan kalau Ibunya Beni juga harus dinas di rumah sakit daerah, dan itu berangkatnya pagi – pagi sekali!”
Sang Ibu tersenyum mendengarkan penjelasan Acil.
“Iya, Cil! Ibu tahu itu…, tapi Ibu bangga sekali pada Acil yang selalu berbuat baik untuk teman, pertahankan itu ya Nak, karena tak semua orang mampu melahirkan niat baik dalam perbuatan baik.”
“Maksud Ibu apa?”
 “Maksud Ibu, banyak orang yang punya niat baik, tapi pelaksanaannya seringkali kurang pas, jadi pada akhirnya hasilnya juga buruk!”
“Apa itu berarti Acil harus baik sama semua teman baru Acil, Bu?”
“Tentu saja!”
“Bagaimana kalau mereka nakal sama Acil, Bu?”
“Semua anak pada dasarnya baik, hanya saja karena mereka belum tahu cara yang tepat untuk berkenalan dengan teman baru mereka, makanya ada sebagian dari mereka yang suka mengolok, mengusili teman, dan juga mendiamkan teman.”
“Berarti Acil harus bagaimana, Bu?”
“Acil harus menyayangi mereka seperti Acil menyayangi diri Acil sendiri….”
J Acil jadi ingat hadits kasih sayang, Bu….”
“Gimana coba bunyinya?”
Man la yarham la yurham, siapa yang tidak sayang tidak akan disayang….”
“Subhanalloh! Putra Ibu memang hebat! Ibu percaya Acil pasti mampu untuk selalu berbuat baik….”
“Terima kasih Bu!”
“Ayo kita lihat Beni di ruang depan…. Eh, sudah kamu ambilkan minum belum?”
“Astaghfirulloh, Acil lupa….”
Dengan bergegas Acil lari ke dapur untuk membuatkan minum Beni, sementara Ibu beranjak dari tempat duduknya ke ruang tamu untuk menemui Beni.
“Assalamu’alaikum Beni….”
“Wa’alaikumussalam wa rohmatulloh….”
“Ibu senang Beni bareng kita mulai besok, tapi hanya satu minggu lho! Setelah itu kalian harus berangkat sendiri tanpa diantar, toh jalan kaki sebenarnya juga dekat, betul tidak?”
“Kwek! Iya Bu…. Kemaren Ibu saya juga mengatakan hal yang sama, tetapi Beni masih sedikit takut!”
“Ibu tahu itu, Acil juga begitu. Tapi tidak apa – apa selama kalian beradaptasi dengan sekolah baru Ibu akan mengantar jemput kalian sekolah. Nah, setelah satu minggu kalian sudah harus mandiri.”
“Bukan begitu Cil?” tanya Ibu saat melihat Acil masuk ruang tamu dengan membawa minuman buat mereka.
“Wah, orange juice! Makasih ya Cil!”
“Hei, siapa bilang ini untukmu?”
“Terus buat siapa dong?”
“Buat tamuku!”
“Hehehe! Kwek! Bukankah aku yang menjadi tamu-mu saat ini?”
“Tahu aja kamu nich!”
Tawa ceria segera saja menghiasi ruang tamu rumah Acil.

Ha ha ha haa ha! Ayo kita tertawa! Hi hi hi hiii hi! Ayo gembungkan pipi! Ceprut! Tepuk ceria, horeee!!!!
Sekolah Baru
RA “BAITUNNUR”,  terpampang jelas nama sekolah mereka di pintu gerbang, Acil dan Beni yang berada di boncengan Ibu  merasa senang membacanya, itulah sekolah mereka yang baru.
“Nah anak – anak! Ibu sudah selesai bertugas mengantar kalian sampai sekolah. Sekarang adalah tugas kalian sendiri untuk beradaptasi dengan lingkungan kalian, hati – hati! Ingat pesan Ibu untuk selalu berbuat baik dengan teman. Assalamu’alaikum….”
“Wa’alaikumussalam warohmatulloh….” Ucap mereka serempak.
Setelah mencium tangan Ibu, mereka pun masuk ke dalam gerbang sekolah. Ada banyak wajah baru yang belum mereka kenal, ada banyak gedung yang ada, dan mereka sudah tahu kalau harus berkumpul di aula. Bergegas mereka berlari menuju Aula. Namun di tengah lapangan depan sekolah….
Seekor anak kambing tengah duduk di bawah tiang bendera.
“Assalamu’alaikum…. Namamu siapa?”
Dengan malu – malu anak kambing itu menjawab sambil menundukkan mukanya. “Wa’alaikumsalam Aku Dombi”
“Aku Acil!”
“Aku Beni”
“Ayo kita segera masuk Aula, nanti ada acara bagus disana!” ajak  Acil.
“Dombi, ayo!”
“Aku malu!”
“Hei, kenapa harus malu? Bukankah kita semua temanmu?”
“Kalian tidak lihat wajahku? Kalian juga tidak tahu keluargaku?”
“Memang kenapa?”
Dombi memandang mereka berdua dengan perasaan takut….
“Subhanalloh! Kamu tampan sekali Dombi dengan tompel di jidatmu!”
“Benarkah?”
“Iya, baru kali ini aku melihat anak kambing sepertimu?”
“Betulkah?”
“Iyya, lagi pula kenapa kita harus menyesali karunia Tuhan kepada kita? Bukankah Alloh itu indah? Ingatlah hadits nabi yang berbunyi Innalloha jamilun yuhibbu jamalah bahwa Alloh itu indah dan menyukai keindahan. Betul kan Beni?”
“Ah, Acil! Kamu seperti da’i kecil saja!”
“Tapi betul kan yang aku katakan?”
“Tentu saja benar!”
“Ayo Dombi, kita semua temanmu, yuk!”
“Tapi Ibuku?”
“Kenapa dengan Ibumu?”
“Ibuku adalah tukang sayur di pasar….”
“Masyaalloh Dombi, bukankah kita berteman tak melihat Ibumu tukang sayur? Kita berteman karena kita sekolah di tempat yang sama. Urusan orangtua kita kerja dimana dan kerja apa, itu urusan orangtua kita, yang pasti apapun yang mereka kerjakan itu halal dan untuk kebaikan kita semua sebagai anak – anaknya. Jadi kau tak perlu malu lagi pada kami, oke!”
“Terimakasih teman – teman! Aku bersyukur sekali bertemu dengan kalian, aku tidak tahu bagaimana jadinya kalau aku tak bertemu dengan kalian…..”
“Rosululloh bersabda, ‘kullu ma’ruufin shodaqoh’ – setiap kebaikan adalah sedekah! Jadi kita berlomba – lomba yuk berbuat baik!”
“Tentu!” teriak Beni mendukung
“Bagaimana denganmu Dombi?”
Dombi tersenyum malu sekaligus riang gembira mulai terbit di hatinya. “Sebentar teman – teman…..”
“Aku senang sekolaaaah!” teriak Dombi sekencang – kencangnya, tak diperdulikannya lagi pandangan heran dari teman – temannya yang lain, tak sabar rasanya ia bercerita pada Ibu tentang hari pertamanya sekolah.
“Alhamdulillah! Bagaimana Dombi? Siap dengan tantangan kami untuk berlomba – lomba berbuat baik?”
“Tentu!”
“Horreeee!!!!”
Dengan  melompat – lompat riang mereka bertiga beriringan menuju Aula untuk bertemu dengan teman baru. Tak lupa mereka berniat untuk berlomba – lomba berbuat baik pada teman – teman baru mereka. Lihat anak – anak, bahkan matahari pun tertawa melihat tingkah mereka. Ayo kita ikuti yuk!

Lagu penutup


Kami anak muslim muslimah
Yang selalu riang gembira
Belajar bermain bersama
Di sekolah kami yang tercinta
Raudlotul Athfal
Baitun Nuur namanya
Itulah sekolahku tercinta
Tempatku bermain gembira
Ha ha ha!                                2x

Nah, anak – anak! Sekarang kita sudah sampai di Aula, waktu Bu dewi untuk menemani kalian sudah selesai, sekarang giliran Ibu guru yang lain untuk menemani kalian, sampai jumpa di lain waktu. 

Wassalamu’alaikum wa rohmatullohi wa baarokatuh!



Dongeng adalah sebuah bagian dari cerita ^_^


Dongeng adalah sebuah bagian dari cerita ^_^

Pulang sekolah ada latihan tari di Basecamp IGRA kecamatan Singosari, maka dengan membonceng zakki, saya pun meluncur kesana, disambut sepeda motor bu Qom sementara orangnya tak ada, kata penjaga yang biasa memegang kunci, Bu Qom masih ke pasar. Ya, letak basecamp kami memang dekat dengan pasar singosari.

Bu Khusni muncul dengan Bu Nur, tak lama bu Qib, disusul Bu Qom yang sudah membawa tahu kempos dua kresek  besar, kemudian Bu Ifah dan Bu Ika, maka perhelatan latihan tari “Persembahan Anak” pun dimulai. Tahu tidak kawan – kawan! Salah satu aktivitas yang paling saya takuti dari dulu adalah menari, tapi gandeng jadi guru RA, maka apa pun dilakukan, jadi multi talenta kaya’nya sekarang J.

Ya ya ya, bagaimana kita akan mengajari anak – anak menari kalau kita tak mampu, mampu karena mau, mau karena tak tahu malu! Hahahaha! Astaghfirullohal ‘adhiiim….

Dua kali episode dilalui, kami pun beristirahat, seorang teman nyelutuk, “Bu, apa sih bedanya dongeng sama cerita?”

Hwalah! Itu kan pertanyaan yang sudah lama mengendap di kepala dan belum nemu muara hingga saat ini. 

Diam tercenung. “Ayo, Bu! Terangin ke kita, kita ada tugas bahasa Indonesia buat presentasi besok!”

Jadi ingat “kecelakaan” pertama kali yang membuat saya menjadi “pendongeng” (versi saya sih! Hehehe!)

Saya bukan sarjana bahasa Indonesia, saya adalah sarjana teknologi pertanian yang jatuh cinta pada dunia anak dan akhirnya memutuskan untuk berkecimpung dalam dunia anak dengan segenap pernak perniknya. 

Tahun 2004 tepatnya secara “sadar” mulai berenang di dunia anak – anak dengan berdirinya play group AL-USWAH Singosari, membantu teman dengan daya dan upaya agar generasi Islami terbentuk dengan bagus di masa datang. Berjumpa dengan sesosok perempuan yang “Inspiring” buat saya - Bu Qonita Tajudin -  (maturnuwun Bu atas Inspirasinya), membuat saya “bertekad” untuk mendalami dunia anak meski harus “otodidak”.

Mulailah saya mengelola dua karakter suara andalan saya, jadi saya punya tiga suara saat mengajar, cara cerdas buat saya yang masih setengah buta dengan dunia pra-sekolah. Karena saat melihat anak mulai “meleng” satu suara lain saya keluaarkan hingga anak – anak berkonsentrasi kembali pada saya, hehehe!

Rasa “penasaran” pun mulai menimpa saya, akhirnya saat yang saya tunggu – tunggu tiba, ada lomba dongeng se-jatim yang mengadakan radio RRI Malang menyambut bulan bahasa bekerjasama dengan anak sastra UM (apakah sampai saat ini even itu masih ada? Allohu a’lam J - barangkali ada yang kasih info buat saya, karena sampai saat ini saya ingin sekali ikut even seperti itu, untuk men-”ngangsu kaweruh” dari teman – teman lain, belajar dengan melihat sepertinya hal yang sangat menyenangkan!)

Technical Meeting saya tak dating karena berbarengan dengan acara lain yang most important, saya hanya dapat info, saya tampil tanggal sekian jam sekian siaran langsung! Wuhuiiii….

Maka berangkatlah di hari H, dag dig dug! Pastinyaaaaa….

Melenggang sukses dengan dongeng (menurut saya kala itu) dengan judul “Kalung Mutiara Farah”, ini cerita kiriman teman dari Jakarta namanya Mbak “Auliya Syafril” lewat email duluuuuu…..

Setelah keenam peserta tampil, kami pun digiring ke sebuah ruangan untuk sebuah “evaluasi”, kata kak juri (maaf banget lupa namanya) bilang, “Untuk ekspresi, intonasi, perbedaan karakter suara, gaya bertutur, dan segala macamnya kamu bagus, well done!”

Melayang kali yaaaaa….
“But!”
Tep! Gedebug! Glodhag! Jatuh deh ke bumi!
“Kamu diskualifikasi, karena yang kamu bawakan adalah cerita!” lanjutnya.
Innalillahi wa inna ilaihi roji’uuuuuun…..

Satu “pelajaran” yang saya dapat saat itu (2004) adalah, cara saya menyampaikan sebuah cerita atau dongeng sudah benar, hanyaaaaaa…. Belum menemukan “Momen” yang tepat!

Tahun 2005 sepulang dari mengejar mimpi yang tak mungkin ter-“raih”, maka saya kembali ke kampong halaman dan memantapkan diri untuk mengenal dunia pra sekolah lewat LPGTKIT Insan Mandiri, maka sekali lagi ada cara “mendongeng” dalam selipan materi pembelajaran, mulailah saya mengembangkan beberapa karakter suara lain, semacam ayam dan binatang lain.

2006 mengabdikan diri di Lembaga tempat pertama kali mengenal pendidikan, RA BAITUL MU’MININ, tempat dimana saya mulai mengenal dunia pra-sekolah, karena menurut pendirinya, “Karena saya-lah, maka RA BAITUL MU’MININ lahir!” – jadi sedikit terbebani untuk mengembangkannya agar “sejajar” dengan TK/RA lain di sekitarnya J.

Mengasah segala kemampuan mulai dengan belajar menggambar (karena gambar saya dari SD sampai SMA paling banter dapat 80, itu pun satu atau dua kali, paling banyak 75! Pas!), ikut lomba gambar seri dapat harapan III di kecamatan, dst dst dst, Alhamdulillah….

Dan berlari-lah waktu dengan cepat sekali hingga tahun 2008, momen yang saya tunggu datang, saya mengikuti babak penyisihan kecamatan untuk lomba dongeng guru RA dalam rangka HAB DEPAG, lolos maju ke Kabupaten, segala daya upaya saya kerahkan, daaaaannn….

Alhamdulillah, apresiatif! Dengan Dongeng “Aku senang Sekolah” diramu lagu dan tepuk serta yel – yel. Saya dapat juara I dan berhak maju ke Propinsi….

Berangkat-lah saya ke propinsi, bagi saya dongeng adalah alat komunikasi dengan anak – anak, menanam sebuah nilai tanpa mereka sadar, merekam sebuah pelajaran tanpa merasa dipaksa, dan sekali lagi saya tertegun.

Pendongeng yang menyabet juara I hingga harapan III adalah mereka yang asyik dengan dongengnya! Bukan saya menyalahkan juri, bukan! Saya hanya perlu mengkoreksi kembali pemahaman saya, berarti ada yang saya missed understand! Kenapa? Saat kita benar – benar praktek mendongeng, maka aka nada banyak celoteh anak yang harus kita perhatikan, dan tanpa merusak cerita harus dialihkan entah dengan tepuk atau lagu yang sesuai dengan tema. Ramuan itu yang sudah berkali – kali saya praktekkan ke anak – anak pra-sekolah (hehehe! Sekali lagi “ala” saya ^_^).

Pelajaran yang saya dapat (2008) adalah, ada banyak pendongeng di luar sana yang luar biasa, tapi saya harus punya “warna” saya sendiri, mulailah “hamil ide” ^_^

Dan ada banyak hal terjadi hingga tahun 2011 ini, ada even dongeng kecamatan yang seorang teman mengompori agar saya ikut lagi, akhirnya saya pun ikut, selesai dengan tampilan saya, “How did the Egg become a chicken!” dimana ada sedikit dialog antara induk ayam dan Dori, maka saya pun harus puas dengan nomor dua.

Kata juri, “Yang saya sesalkan, kenapa Dori harus bicara sama ayam?”
Deg! Ooooo…. Ada yang salah lagi dalam pemahaman saya?

Bukan – bukan nomor berapa-nya yang saya permasalahkan, akan tetapi ada beberapa hal mendasar yang ingin saya ketahui, dan kelak semoga dapat saya kupas lebih lanjut (amiiiin….)

Yang sangat mengganggu adalah :
1.     Apa beda dongeng dengan cerita, karena bagi saya dongeng adalah bagian dari cerita, adakah yang bisa memberikan penjelasan ini? Literasi mana yang harus saya baca?
2.      Apakah dalam dongeng tidak boleh terjadi dialog antara ayam dengan manusia, ikan dengan manusia, atau benda dengan manusia?
3.      Pakem dongeng itu seperti apa sih?

Sepertinya kesimpulan sementara saya masih tetap, karena saya bukan sarjana bahasa, saya hanya bisa bilang dongeng adaalah bagiang dari cerita, kesemuanya adalah seni bertutur yang mencoba member gambaran sebuah peristiwa yang mengandung nilai dan pelajaran di dalamnya, sepakat atau tidak?!