Jumat, 12 Februari 2016

Little Aisyah_Part 0ne

Jum’at, 12 Feb. 16

Berteman lelah, mengawal amarah

Lama tidak menulis, suatu keniscayaan jika pada akhirnya “sempat” menulis yang benar-benar menuangkan sesak napas menahan segala rasa yang berlompatan keluar.
Ah, memang tak mudah “berdamai” dengan kenyataan....
Aku hanya ingin menulis. Itu saja!
Pertama, tentang kelahiran putri keduaku yang terasa “luar biasa” (
Bagaimana tidak? Perjuangannya itu lho, pedihnya juga, dan yang pasti menunggunya yang “tak biasa”
Dimulai dengan bukaan 1 yang tak maju-maju, tahu tidak?
Kenapa begitu?
Maklum zakki dulu sc tanpa melalui rasa sakit yang berarti, hanya diagnosa dokter yang mengatakan lewat bulan (usia kehamilan 42 minggu) dan secara Zakki dibuleti usus tiga, dan riwayat kehamilannya yang mengharuskanku tinggal di hotel berdokter sebanyak 2x, hiks!
Well, setelah diskusi akhirnya menyerah untuk sc di 17 Ramadhan 1430 H

Nah, di kehamilan kedua ini aku pun tak berharap lagi untuk melahirkan secara SC, pengennya normal, titik!
Mulai dari diet gula, sampai kemudian mengurangi buah-buahan yang kusuka, alpukat, mangga, nangka....

25 Desember 2015
Pagi yang tenang ditingkahi rasa sakit yang mulai menyerang, kalau baca-baca ini namanya kontraksi palsu, dan aku pun menikmatinya. Namun, sakit yang baru “berkenalan” denganku membuatku khawatir, meski tak panik kami tetap pergi ke RS, diperiksa perawat, dan....
“Bukaan 1, Bu!”
“Terus?”
“Ibu pulang dulu saja, nanti kalau sakitnya sudah terasa tiap 5 menit ibu kembali kesini....”
“Terimakasih, Mbak!”
Maka kami pun pulang kembali. Dan, rasa “sakit” itu kembali bersembunyi. Hehehe....

28 Desember 2015
Waktunya kontrol ke dokter
Pemeriksaan dimulai, di awal pertemuan (saat kandungan sudah memasuki 6 bulan) dokter bilang jika benar ingin melahirkan normal, maka berat bayi disarankan tak boleh lebih dari 3,5kg
“Wah, bayinya sudah 3,7 kg, Bunda.... Apa tak sebaiknya dilahirkan segera?”
“Saya maunya melahirkan normal dokter,” sanggahku sambil tersenyum.
Dengan sabar dokternya bilang, “Benar, tetap ingin melahirkan normal? Kita menunggu lagi berarti bayinya akan bertambah besar, lho?!”
“Saya mau menunggu....”
“Baiklah, kita tunggu sama-sama selama satu minggu, nanti tanggal 4 Januari kita observasi lagi ya....”
“Iya, dokter!”
Maka kami kembali pulang dengan kondisi tetap bukaan 1, keren bukan? Hehehe....

30 Desember 2015
Rasa sakit itu mulai datang, permisi....
Mengetuk setiap 15 menit sekali. Pergi pulang dengan sopan, dan aku memilih jalan kaki di sekitar rumah dan desa tempatku dibesarkan untuk mengundangnya semakin sering datang.
Ternyata sampai pagi masih menyapa 15 menit sekali (

31 Desember 2015
Rasa sakit itu semakin kerap mengunjungi tiap 10 menit, dan aku masih bertahan.
Jelang maghrib mulai terasa ada perubahan, tiap 5-7 menit datang, masih juga bertahan.
Ba’da Isya’, hujan turun deras sekali. Aku tak mampu bangkit dari tempat tidur. Ya, seharian aku malas makan, tubuhku lemas tak bertenaga, rasa sakit itu semakin rajin menyapa.
Kami berangkat ke RS, masuk IGD, ditangani perawat, dan diperiksa....
“Sudah bukaan 4, Bu....”
“Alhamdulillah....”
Bayanganku bukaan 4 menuju 10 itu hanya masalah waktu, pasti akan terlampaui dan aku pun akan melahirkan secara normal sesuai harapanku.
Alhasil? Sampai jam 9 malam, masih berhenti di bukaan 6. Ada mama yang menungguiku bersama suamiku yang terus kupegang tangannya kala rasa sakit itu menyapa dengan gigitannya, sedap!
Akhirnya mama pulang sekitar jam 10 malam....
Tinggallah aku dengan suamiku dan perawat yang bertugas jaga bersama kami.
Anehnya, aku hanya diperbolehkan miring ke kanan dan ke kiri, sudah tak boleh jalan kesana kemari.
(Positif thinking => mungkin wajahku melas bener yaaa.... hehehe!)

“Ibu, jangan mengejan dulu!” perawatnya mengingatkanku.
Dasar bebal karena aku yang belum punya pengalaman tak mampu menahan untuk mengejan, kontraksi itu rasanya luar biasa. Dan....
“Mbak, aku mau pipis ke kamar mandi!”
“Disitu saja, Bu!”
Dan....
Terasa ada sesuatu yang meletus, Dus!

“Lho, ketubannya Ibu hijau sekali? Apa ibu minum jamu?”
Aku menggeleng. Perawat itu memeriksaku dan, “Bukaan 7, Bu.... insyaalloh sebentar lagi. Jangan mengejan ya, Bu....” sekali lagi perawatnya mengingatkan.

Tinggal 3 bukaan lagi, dan aku akan melahirkan....
“Nak, sebentar lagi kita akan bertemu. Ayo bekerjasama dengan Bunda. Tak sabar Bunda ingin segera memelukmu.”
Namun sayangnya, aku malah lemes kehabisan tenaga. Setelah konsultasi dengan dokter, aku pun diinfus untuk menambah tenaga. Rasa sakitnya semakin luar biasa.

Suamiku menjadi sasaranku saat sadar aku hanya mampu meneriakkan takbir. Seperti mau mati saja (
Tiap sadar suamiku bilang, “Tarik nafas panjang.... atur nafasmu pelan-pelan.”
Aku pun menangis (Dasar cengeng! Orang suka bilang aku gak betah sakit ()....

Menunggu sampai jam pergantian tahun 2016, tak ada yang berarti....
Tetap terkapar antara sadar dan tidak....

01 Januari 2016
20 Robi’ul Awwal 1347 H

Jam 04 pagi aku memutuskan menyerah dengan segala keletihan, hanya berhenti di bukaan 8....
Tak semudah itu menunggu dokter, pagi setelah sarapan yang dipaksakan suamiku (karena dia yang menyuapiku), aku pun puasa, jam 01 siang dengan penuh kesadaran kami menandatangani SC (pupus sudah keinginanku melahirkan secara normal. Hilang sudah takutku yang selama ini kusembunyikan. Pssssttt.... Sebenarnya paling takut disuntik anestesi di punggung belakang hehehe....)

Perawat meminta suamiku ke PMI mempersiapkan darah untukku seusai melahirkan (bersiap menjadi vampir, hahaha!)

Mamaku datang jam 08 pagi....
Diantara sadar dan tidak, aku minta maaf sama Mama, sama Ibu mertua. Meminta ridho mereka agar dimudahkan dan dilancarkan, sambil diam-diam merapal do’a barangkali ada keajaiban, cieeee.... Emang siapa saya?

Sampai sholat Jum’at selesai, tak kunjung ada kemajuan....
Maka, dengan digeledek aku dibawa ke ruang operasi.
“Mama, aku mau ketemu Papi....”
(Selalu ingat, saat sakit Papi-lah yang kucari, berharap tangannya mengusap dahiku dan merapal do’a.... duh, jadi mellow! Kok Papi? Lha, kan Mama udah disampingku selalu, maturnuwun Mama, kasih Mama tak tergantikan :’()

Saat hendak memasuki ruang operasi kulihat wajah Papi, seperti biasa disentuhnya dahiku dan, “Insyaalloh lancar dan berkah, Amiiin....”

Rasanya lega luar biasa (Ini belum melahirkan lho!)
Masuk ruang ganti pasien, ada seorang ibu yang juga menunggu untuk SC anak pertamanya. Setelah minta ijin perawat bertemu satu per satu orang-orang penting bagiku, mama, papi, dan suamiku.

Tepat jam 01 siang masuk ruang operasi, dan....
10 menit kemudian lahirlah anak kedua kami, adiknya kak Zakki, Putri kecil yang kami nanti dengan berat 4kg, panjang 52cm....

Alhamdulillah....
Segala sakit dan lelah terbayar sudah....

Next day Part 2
Insyaalloh....





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ya