Jumat, 04 Februari 2011

Mendadak jadi caleg

9 Maret, 2009

Oleh Dewi Mora Rizkiana
Guru Taman Kanak-kanak


Banyak acara yang membuat orang kebanyakan menjadi ‘seseorang’ yang terkenal, sebut saja stasiun televisi TPI yang menawarkan beragam acara ‘mendadak’, entah itu mendadak dangdut, mendadak seleb, mendadak artis, dan berbagai acara yang mengusung segala kreativitas dadakan.

Acara itu sangat digemari banyak orang, -utamanya- yang ingin terkenal dengan -tentu saja- modal ‘potensi’ yang mereka punya. Ada yang pas-pasan tapi nekad, asal dapat nampang di televisi, ada yang modalnya luar biasa tinggal mengambil kesempatan yang ditawarkan pada mereka. Alhasil factor ‘keberuntungan’ pun menjadi penentu, betul tidak? Misalkan saja ada peserta dengan kualitas suara deperti Siti KDI, tapi pas manggung dia kena flu, apa bisa optimal penilaiannya? Sedang yang kualitasnya sedang dengan segala pernak-pernik yang mendukung alhasil jadi pemenang. Penjurian menjadi sesuatu yang sangat ‘relatif’, meski ada pakem yang menjadi tolok ukur sebuah performance yang disajikan.

Nah, serunya segala bentuk hiburan yang bernama mendadak menjadi contoh di dunia politik kita, ada banyak ‘caleg’ besutan partai-partai gurem sekaligus parpol besar yang wajahnya tampil di pohon-pohon sepanjang jalan. Nah, lho! Kenapa di pohon? Mungkin itu juga jadi pertanyaan yang memerlukan jawaban, apa mereka tidak tahu kalau pohon juga butuh perlindungan. Kalau pohon yang diam aja mereka siksa, nanti bagaimana dengan rakyat kecil yang akan mendukung mereka. Alhasil, apa iya mereka akan perhatian wong hal sekecil itu tak diperhatikan?

Logistik kampanye begitu kata mereka! Apa tidak lebih baik mereka tulis visi misi mereka sekaligus motivasi mereka saat mendaftar menjadi caleg? Kirimlah ke warteg agar bisa menjadi satu point pengingat agar saat mereka benar-benar terpilih takkan lupa akan janjinya.

“Di tempat senam ibu ada peserta baru yang mendadak kampanye buat mendukung anaknya, dan dengan terang-terangan mau ngasih sembako asal kita mau milih anaknya, sekarang itu edan ya? Semua diukur pakai materi.” Cetus ibu mertuaku di suatu sore saat kita ngumpul-ngumpul di rumah.

Tiba-tiba saja saya ingat beberapa teman ngajar yang ‘ngrasani’ caleg dari kalangan guru Tk, “itu lho bu anu yang jadi caleg itu tiba-tiba saja aktif blusukan kemana-mana sejak jadi caleg. Lha dulu-dulunya dia kemana?”
Sebenarnya tidak masalah ‘mendadak caleg’, karena bagaimanapun itu ajang untuk membuktikan kemampuan seseorang, hanya saja visi misi sekaligus motivasi masing-masing mereka perlu untuk didandani dan dikaji ulang oleh mereka sendiri. Niat beneran atau sekedar ikutan nampang?

Keliru niat awal masih bisa didandani mumpung kampanye masih baru berjalan, tapi ya harus mau membuka hati dan pikiran untuk menerima kritik, dengan begitu pendidikan politik baru bias dikatakan berhasil. Email: mora_riz@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ya